Senin, 25 April 2011

Shalat Sunnah Tahajjud
Shalat Tahajjud adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur terlebih dahulu, karena arti Tahajjud adalah bangun pada malam hari.Afdhalnya shalat Tahajjud dilakukan pada sepertiga malam yang akhir yaitu kira-kita mulai jam 1.00 malam sampai menjelang masuk waktu shubuh berdasarkan hadits Nabi:"Perintah Allah turun ke langit diwaktu tinggal sepertiga yang akhir dari waktu malam, lalu berseru, adakah orang-orang yang memohon ( berdoa ) pasti akan kukabulkan, adakah orang yang meminta, pasti akan kuberikan dan adakah yang mengharap ampunan, pasti akan kuampuni baginya sampai tiba waktu shubuh"(al  Hadits).
Cara Melaksakan Shalat Tahajjud :
Shalat Tahajjud dilaksanakan dengan Munfarid ( tanpa berjamaah ), minimal dua rokaat dan maksimal tidak terhingga jumlah rakaatnya sampai hampir masuk waktu shubuh dan dilaksanakan setiap dua rakaat satu salam sebagaimana hadits Nabi saw:
"Shalat malam itu adalah dua rakaat, dua rakaat apabila khawatir akan masuk waktu shubuh maka berwitirlah satu rakaat saja" ( HR.Bukhari-Muslim ).
> Niat shalat Tahajjud didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram. "Aku niat shalat sunah Tahajjud dua rakaat karena Allah"
> Membaca doa Iftitah
> Membaca surat al Fatihah
> Membaca salah satu surat didalam al quran.Afdhalnya rokaat pertama membaca surat al Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat al Ikhlas
> Ruku' sambil membaca Tasbih tiga kali
> I'tidal sambil membaca bacaannya
> Sujud pertama sambil membaca Tasbih tiga kali
> Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya
> Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali.
> Setelah selesai rakaat pertama, lakukan rokaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian  Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali dan rakaat-rakaat selanjutnya sama dilakukan seperti contoh diatas.
> Setelah selesai shalat Tahajjud bacalah zikir yang mudah ( Allah - Allah - Allah ) terutama perbanyak Istigfar (mohon ampun), adakan dialog bathin dengan Allah sampaikan semua unek-unek yang ada dalam hati lalu ditutup dengan doa.
 

Selasa, 19 April 2011

Shalat Sunnah Dhuha


Shalat Sunnah Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ). Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : " Allah berfirman : Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya " ( HR.Hakim dan Thabrani ).
Cara Melaksakan Shalat Dhuha :
Shalat Dhuha minimal dua rakaat dan maksimal duabelas rakaat, dilakukan secara Munfarid ( tidak berjamaah ), caranya sebagai berikut:
> Niat didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
> "Aku niat shalat sunah Dhuha karena Allah"
> Membaca doa Iftitah
> Membaca surat al Fatihah
> Membaca satu surat didalam Alquran.Afdholnya rakaat pertama surat Asysyams dan rakaat kedua surat Allail
> Ruku' dan membaca tasbih tiga kali
> I'tidal dan membaca bacaanya
> Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
> Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaannya
> Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
> Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.

Senin, 18 April 2011

Tawakkal

Hakikat Tawakkal



Di kalangan masyarakat awam banyak orang yang salah paham tentang tawakkal. Menurut mereka tawakkal ialah menyerahkan diri secara bulat-bulat kepada Allah SWT, tanpa adanya usaha dan ikhtiar. Serahkan diri kepada Allah SWT tanpa sesuatu usaha seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya, tidak bergerak dan tidak berkata apa-apa. Adanya pendapat yang demikian, jatuhlah umat Islam di mata dunia, hina dinalali martabat mereka di tengah-tengah penduduk di dunia. Padahal agama Islam adalah agama yang penuh dinamika, yang mendorong umatnya untuk merebut kesejahteraan hidup duniawi dan ukhrawi.
Berusaha dan berikhtiar tidaklah akan mengeluarkan orang dari garis tawakkal. Berjuang mencari isi perut sesuap pagi dan sesuap petang tidaklah akan menafikan tawakkal, karena hidup ini adalah untukberjuang.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban diceritakan, bahwa ada seorang Arab Badwi (dusun) yang katanya hendak bertawakkal kepada Allah SWT, sehingga dilepaskannya semua untanya. Lantas Nabi SAW menegurnya: “Ikatlali untamu itu, kemudian baru bertawakkal”
CONTOH-CONTOH DARI ALAM
Pada waktu pagi hari, di kala pergelutan samar-samar di kegelapan ujung malam dengan sinar fajar, berkicaulah burung-burung murai di dahan-dahan pohon, berbunyilah burung balam di alas pelepah nyiur yang sedang melambai, keluarlah sapi dari kandangnya ke padang rumput, berpuluh ekor itik mulai berenang di kali. Semuanyamenyambutpagi yangbaru muncul itu dengan rasa gembira. Ma-sing-masingmargasatwa meninggalkan peraduannya pergj mencari makanannya tanpa pernah merasa bosan. Sehingga pada waktu sore perutnya telah berisi makanan; ada yang penuh dan ada yang separuh-paruh, tetapi perutnya tidak ada yang kosong, Nah, seandainya hewan-hewan itu tidak keluar mencari makanannya tentulah makhluk-makhluk Allah SWT tersebut mati karena kelaparan.
Demikian juga dengan dunia flora. Bunga lili yang dipelihara dan disirami oleh pemiliknya di setiap pagi dan sore. Apakah kita anggap dia hanya menyerah dan tidak bereaksi? Sebenarnya dia bekerja dengan caranya sendiri, dihisapnya air itu ke dalam batangnya dengan akarnya yang senantiasa ber-tambah panjang tidak disia-siakannya air yang jatuh dari tangan sang pemiliknya, ketika menyiraminya.
Pada suatu hari setelah selesai shalat, Nabi SAW melihat-lihat ke sekitarnya di dalam masjid. Di suatu sudut tampaklah seorang yang masih duduk termenung. Ternyata orang tersebut adalah Abu Umamah, Nabi SAW datang mendapatkan sahabat tersebut. Pada saat itu terjadilah pembicaraan antara Nabi SAW dengan Abu Umamah : “Hai Abu Umamah, kenapa engkau masih duduk di masjid, sedangkan orang lain sudah pergi se-mua dan waktu shalat telah habis?”. Abu Umamah menjawab : ” Sungguh banyak permasalahan meresahkan saya ya Rasulullah! Utang yang se-dang melilit diri saya. Untuk menghi-langkan itu semua, maka saya tafekkur di masjid ini, dengan harapan semoga Allah SWT menunjukkan jalan ke-luarnya”. SabdaNabi SAW: “Maukah engkau saya ajarkan suatu doa, yang dengan doa itu bila engkau baca siang dan malam Allah SWT akan menghi-langkankerisauanmuini?”. Kemudian Nabi SAW membacakan dan meng-ajarkan doa ini : “ALLAHUMMA INNI A’UZUBKA MINAL HAMMI WAL HUZNI, WA A’UZUBIKA MINAL ‘AJZI WAL KASALI, WA A’UZUBKA MINAL JUBUNI WAL BUKHLI WAL FASYLI,WA MIN GHALABATIDDAIN, WA QAHRIRJAAL (Ya Tuhan, Berilah aku perlindungan dari kedukaan hati dan keluh kesah, berilah aku perlindungan dari kelemahan dan kemalasan. Peliharalah aku dari sifat penakut dan bakhil. Peliharalah aku dari lilitan utang dan paksaan orang lain) ” (HR-Abu Daud).
Sungguh tegas dan terang di dalam hadits ini bagaimana fungsi usahadan ikhtiar. SebabNabi SAW sendiri mengajarkan berdoa me-minta perlindungan Allah SWT dari duka cita, keluh kesah, malas, penakut, bakhil, dililit utang, dan diperbudak oleh orang lain. Penyakit-penyakit lemah, malas, dan pengecut menyebabkan seseorang tidak berupaya bekerja. Tidak sanggup bekerja akhimya tertinggal dalam perjuangan hidup. Padahal hidup adalah perjuangan, dan perjuangan itu harus diiringi oleh tawakkal. Tawakkal tanpa perjuangan seperti kayu tak berakar, dan perjuangan tanpa tawakkal seperti kebun tak berpagar.
Perisai tawakkal adalah senjata yang paling tangguh dalam mengha-dapi serangan putus asa dan kema-langan. Takdir yang telah digariskan Tuhan atas din kita tidak dapat kita tolak melain dengan tawakkal.

JENIS-JENIS TAWAKKAL
Pertama, tawakkal pada peker-jaan yang mempunyai sebab dan illat. Dalam hal ini, kita harus berusaha menuruti sebab dan illat tersebut. Hulunyakitatelusuri, mua-ranya kita hiliri. Bila sudah tertumbuk ke hulu dan sampai ke hilir, barulah kita bertawakkal. Jadi, tawakkal di sini menuruti perjalanan sebab dan akibat.
Kedua, tawakkal dalam urusan-urusan yang tidak berillat dan bersebab. Kematian yang menimpa seseorang secara tiba-tiba, atau harta benda yang terbakar secara tiba-tiba. Di saat seperti ini kita tidak boleh goyang, tidak boleh putus asa, tetapi katakanlah: ”Inaaa lillaahi wa inna ilaihi raji’uun“. Resapkan makna kalimat ini ke dalam hati, sembari mengingat, bahwa kita dilingkupi oleh takdir. Untuk itu kita harus bertawakkal (berserah diri) kepada Allah SWT. Firman Allah SWT : “….Kemudian apabila kamu telah rftembulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya“.(QS.Ali Imran : 159).

Bung Karno sebagai Guru Bangsa


Bung Karno sebagai Guru Bangsa

Di antara banyak predikat yang telah diberikan kepada Bung Karno, patutlah kiranya pada peringatan ulang tahunnya yang ke-102 ini ia juga dikenang sebagai guru bangsa. Sebagai pencetus maupun komunikator, banyak pemikiran penting telah menjadi sumbangan pendidikan tak terhingga bagi negara-bangsa ini.

Layaknya seorang guru yang cakap, ia mampu menyampaikan gagasan-gagasan penting dengan lancar, penuh imajinasi, dan komunikatif. Di tangannya, topik-topik bahasan yang sebenarnya berat menjadi gampang dicerna, mudah dipahami masyarakat luas.

Ingat, misalnya, saat secara berkala pada tahun 1958-1959 ia memberikan rangkaian "kuliah" guna menjelaskan kembali sila demi sila dari Pancasila sebagai dasar negara, masing-masing satu sila setiap kesempatan "tatap muka." Pada 26 Mei 1958 ia memulai rangkaian itu dengan memberi kuliah tentang pengertian umum Pancasila. Setelah menyampaikan penjelasan tentang berbagai bentuk kapitalisme dan perlawanan terhadapnya, ia menekankan bahwa Pancasila bukan hanya merupakan pandangan hidup, melainkan juga alat pemersatu bangsa.

Kuliah pembukaan itu disusul kuliah-kuliah serupa lain yang biasanya diadakan di Istana Negara dan disiarkan langsung melalui radio ke seluruh penjuru Tanah Air. Berbeda dengan pidato-pidato Bung Karno di depan massa yang biasanya berapi-api membakar semangat rakyat, kuliah-kuliah ini berjalan lebih rileks dan komunikatif.

Dengan kuliah-kuliah itu tampaknya Bung Karno ingin sekaligus mengingatkan, Istana Negara bukan tempat sangar atau sakral yang hanya boleh dimasuki presiden dan pejabat maha penting negeri ini, tetapi Istana milik rakyat, tempat masyarakat belajar mengenai banyak hal, termasuk dasar negara. Ia ingin menjadikan Istana (dan mungkin Indonesia umumnya) sebagai "ruang kuliah" di mana terselenggara proses belajar-mengajar antara masyarakat dan pemimpinnya.

Teori dan praksis

Dari teori-teori filsafat dan politik serta acuan-acuan historis yang digunakan dalam mengurai sila-sila Pancasila, tampak pengetahuan Soekarno amat luas dan dalam. Dalam uraian-uraiannya, tidak jarang ia menyitir pikiran Renan, Confusius, Gandhi, atau Marx. Dengan begitu, ia seolah ingin menunjukkan dan memberi contoh, tiap warga negara perlu terus memperluas pengetahuannya. Meski ia sendiri sebenarnya dididik sebagai orang teknik, namun amat akrab dengan ilmu-ilmu sosial, terutama filsafat, sejarah, politik, dan agama.

Dalam salah satu kuliahnya Bung Karno menyinggung kembali pertemuan dan dialognya dengan petani miskin Marhaen. Dialog sendiri sudah berlangsung jauh sebelumnya, tetapi ia masih mampu mengingat dan menggambarkan amat jelas. Ini menandakan, Soekarno menaruh perhatian pada perjumpaannya dengan wong cilik, rakyat jelata, dan ingin menjadikannya sebagai titik tolak perjuangan bersama guna membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan. Baginya retorika memperjuangkan rakyat yang tidak disertai perjumpaan-perjumpaan langsung dengan rakyat adalah omong kosong.

Dengan kata lain, sebagai guru bangsa ia tak suka hanya berkutat di dunia teori, tetapi juga menceburkan diri ke realitas kehidupan sehari-hari bangsanya. Bung Karno selalu berupaya keras mempertemukan "buku" dengan "bumi," menatapkan teori-teori sosial-politik dengan realitas keseharian manusia Indonesia yang sedang ia perjuangkan.

Bung Karno terus mempererat kaitan teori dan praksis, refleksi dan aksi. Mungkin inilah salah satu faktor yang membedakannya dari pemimpin lain, baik yang sezamannya maupun sesudahnya.

Perlu diingat, lepas dari apakah orang setuju atau tidak dengan uraian dan gagasannya, satu hal tak dapat diragukan tentang Soekarno: ia bukan seorang pejabat yang korup. Sulit dibayangkan, Soekarno suka menduduki posisi-posisi tertentu di pemerintahan karena ingin mencuri uang rakyat atau menumpuk kekayaan untuk diri sendiri.

Perjuangan Soekarno adalah perjuangan tulus, yang disegani bahkan oleh orang-orang yang tak sepaham dengannya. Karena itu, tak mengherankan betapapun ruwetnya ekonomi Indonesia di bawah pemerintahaannya, tak terlihat kecenderungan pejabat-pejabat pemerintah di zaman itu yang tanpa malu korupsi atau berkongkalikong menjual sumber-sumber alam milik rakyat.

Absennya guru-guru lain

Bagaimanapun juga, sebagai seorang manusia Bung Karno bukan tanpa kelemahan. Dalam kapasitasnya sebagai pejabat negara, misalnya, ia tampak "menikmati" posisinya sehingga ada kesan ia tak lagi menempatkan diri sebagai seorang pelayan publik dalam tata masyarakat demokratis. Sebagai presiden seharusnya ia menyadari kedudukannya sebagai seseorang yang menjabat sejauh rakyat memberi mandat padanya, itu pun disertai batasan masa jabatan tertentu.

Rupanya Bung Karno tidak terlalu menghiraukan hal itu. Karenanya ketika tahun 1963 diangkat sebagai presiden seumur hidup, ia tidak menolak.

Sebagai seorang guru yang memandang negerinya sebagai sebuah "ruang kuliah" raksasa dan rekan-rekan sebangsanya sebagai "murid-murid" yang patuh, terkesan Bung Karno tak memerlukan adanya "guru-guru" lain. Ia tak keberatan akan keberadaan mereka, tetapi-sadar atau tidak-"gaya mengajar"-nya mendorong tokoh-tokoh lain yang potensial untuk juga menjadi guru bangsa terpaksa menyingkir atau tersingkir.

Kita belum lupa ketika pada 1 Desember 1956 Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. Kita juga masih ingat bagaimana orang-orang dekat Bung Karno-seperti Sjahrir, Amir Syarifuddin, Tan Malaka, Moh Natsir, dan lainnya-satu per satu menjauh darinya.

Pada pertengahan 1950-an rupanya perhatian Bung Karno yang begitu besar kepada posisinya sendiri membuatnya kurang menyadari bahwa dampak Perang Dingin telah kian jauh merasuki Indonesia. Kemenangan PKI dalam Pemilu 1955 dan pemilu daerah tahun 1957, misalnya, telah benar-benar mempengaruhi perhatian dan kebijakan para pelaku utama Perang Dingin terhadap Indonesia.

Di satu pihak, Cina dan Uni Soviet menyambut kemenangan itu dengan gembira karena menandakan kian meluasnya komunisme di Indonesia. Di lain pihak, bagi AS dan sekutunya, kemenangan itu meningkatkan ketakutan mereka bahwa Indonesia akan "lepas" dari lingkaran pengaruh Barat. Dalam pola pikiran teori domino, lepasnya Indonesia akan berarti terancamnya kepentingan-kepentingan Barat di Asia Tenggara.

Sedikit demi sedikit panggung ketegangan pun dibangun. Tahun 1965-1966 panggung itu dijadikan arena pertarungan berdarah antara PKI dan unsur-unsur bersenjata yang didukung Barat. Bung Karno sadar, tetapi terlambat. Dengan gemetar ia terpaksa menyaksikan ratusan ribu rakyat yang ia cintai dibantai secara terencana dan brutal.

Sedikit demi sedikit ia dijepit. Akhirnya guru bangsa yang besar ini disingkirkan dari panggung kekuasaan. Ia pun wafat sebagai seorang tahanan politik yang miskin, di negeri yang kemerdekaannya dengan gigih ia perjuangkan.

Akhir hidup Bung Karno memang memilukan. Tetapi ajaran-ajarannya sebagai guru bangsa tetap relevan dan penting untuk negara-bangsa ini. Orang dapat belajar tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi juga dari tindakan, berikut keunggulan dan kelemahannya. Kita berharap kaum muda negeri ini tak jemu untuk terus belajar dari sejarah, termasuk dari Bung Karno sebagai guru bangsa.